Suatu ketika di hari yang tak pernah Aku duga. Ketika Aku mulai merasa
ada hal lain yang mulai datang pada hidupku. Kakakku Kiki pulang dengan
keadaan malu untuk dilihat, wajahnya mirip sekali dengan Ikan Mas. Aku
sempat membuat lelucon akan sakit mata yang dialami oleh kakakku. Usut
punya usut. Terjadi kehebohan di Kelas Kakakku. Beberapa siswa
mengalami sakit mata memerah. Dan salah satuhnya adalah Kakakku.
Kuperhatikan wajah Kakakku ketika makan malam bersama. Kami sempat bercanda ria dan kukatakan pendapat Aku tentang sakit mata itu. Ada mitos yang mengatakan itu akibat mengintip. Dan kakakku terlihat malu, namun dia
tidak marah karena itu hanya percandaan di meja makan.
Setelah Ayah memberikan obat mata, keadaan Kakakku mulai membaik. Beberapa hari kemudian penyakit itu menghilang. Namun ketika Aku bangun di pagi hari. Aku mulai merasa mataku terasa perih, kulihat cermin di lemariku. Astaga!! Mataku memerah. Aku tertular penyakit mata dari kakak. Mungkin karena Aku dikutuk kakak karena ejekan saat itu. Rasanya malu sekali untuk makan pagi bersama bila kakakku melihat wajahku ini.
Benar saja. Tawa kakakku terlihat senang ketika ia melihat wajahku. Untungnya Ayah sempat melotot ke arah kakak dan dia terdiam. Hal pertama yang Ayah tanyakan padaku adalah.
”gimana Keke. Sakit? Nanti pulang sekolah kita ke dokter ya!” tanya ayah dan Aku hanya terdiam karena malu.
Kejadian itu baru saja terjadi di rumah. Ntah apa yang bisa kupikirkan di
kelasku nanti. Semua pasti akan menertawakan Aku. Memang hal itu
terjadi. Semua murid di kelasku memandang dengan aneh , dan Aku hanya
menutupin wajahku dengan tisue. Hingga temen sebangkuku Chika bertanya..
”napa loe ,ke?”tanya Chika
”mata gua.. kena tepa Kiki, aduh malu deh.!” ujarku
”ah sebodoh amet. PD aja lagi. Lagian bukan hal yang biasa kok. Kemarin kan sempet heboh heboh di Kelas sebelah juga ada yang kena!”
”oh ya kok gua ga tau ya..!”
”apa sih yang loe tau.. komik melulu sih! Tapi baguslah dengan gitu. Mereka
juga ga ada yang berani katain loe.. takut ketepa haha!”
”dasar loe ah hehe!” ujarku pada Chika.
Nampaknya gosip kutukan bila meledek orang yang sakit mata, cukup ampuh untuk membuat temen temenku diam. Namun aku malu untuk bertemu Andi pacarku. Untungnya hari ini dia berhalangan hadir. Aku masih sempat mengikuti pelajaran olahraga bermain Volley. Dan ketika aku bermain volley..
”ke.. loe mimisan..!” ujar Chika yang satu tim denganku
Aku terkejut tak menyadari hidungku mulai mengeluarkan darah segar. Dan Aku pun berlari menuju toilet untuk membersihkan serta meredahkan mimisan
ini. Untuk sesaat aku hanya beristirahat di ruang Unit kesehatan Siswa.
Hingga menunggu mobil jemputan Ayah. Yang telah di beritahukan oleh
wali kelas akan mimisanku.
Aku mulai mengeluh merasa sulit bernafas karena lubang hidung sebelah
kiriku tersumbat. Melihat keadaanku Ayah mengira aku mengalami flu dan
pilek. Akhirnya pulang dari Sekolah , kami langsung menuju dokter
pribadi keluarga kami bernama Pak. Fendy.
Aku hanya terduduk terdiam ketika dokter mulai memeriksa mulut dan mataku melalui senter kecil. Kemudian ayah mulai bertanya tanya akan sakitku. Dokter hanya berkata ringan sambil membuat resep obat.
”obat ini diminum secara teratur selama Lima hari , bila tidak ada perubahaan saya akan buat surat pengantar ke prof Lukman di Rumah Sakit Darmais.” ujar dokter fendy
Aku dan Ayah hanya tersenyum kecil melihat apa yang dikatakan Dokter.
Dugaan sementara untuk penyakitku adalah Sinus, dengan minum obat
secara teratur dalam lima hari mungkin akan sembuh. Namun apa yang
terjadi. Hari demi hari berlalu, Ada yang aneh dengan diriku. Mataku
tidak kunjung memutih dan terus memerah. Mengeluarkan air mata dan
terasa perih. Hidungku terus mengeluarkan darah dalam beberapa kali
sehari. Ayah mulai khwatir dan rasanya lubang hidung sebelah kiriku
terasa mati rasa.
Sesuai perintah Dr.Fendy bila dalam lima hari tidak ada perkembangan, Aku
harus menuju rumah sakit rujukan. Aku sedikit terkejut dengan apa yang
kulihat dan mulai merasakan ketakutan kecil. Memandang sebuah rumah
sakit yang besar dan untuk pertama dalam hidupku ,aku menginjakkan kaki
di rumah sakit untuk bertemu dengan seorang Profesor Lukman.
Setelah bertemu Prof.Lukman. Ayah mulai memberikan surat pengantar yang
dibuatkan oleh Dr.Fendy. setelah membaca isi surat tersebut.
Prof.Lukman mulai melakukan tindakan awal. Bagian dari kepalaku akan di
ronsen dan ini adalah pengalaman pertama dalam hidupku menghadapi
sebuah alat canggih dari kedokteran. Aku hanya berujar dalam hatiku ,
ada apa dengna diriku. Mengapa hanya sebuah flu. Aku harus melakukan
berbagai pemeriksaan.
Setelah hasi ronsen itu keluar dalam bentuk copy scenen. Prof
Lukman terdiam dan terlihat berkonsentrasi memperhatikan hasil ronsen
tersebut. Prof. Lukman. Hanya memandangku sekilas lalu berkata padaku.
”Keke. Bisa kamu keluar sebentar.. Saya ingin bicara dengan Ayah kamu sebentar.. pembicaraan orang dewasa!” jelas Prof. Lukman
”ok.. gapapa. Ayah.. Keke. Keluar dulu ya..!” ujarku untuk pamit.
....bersambung